Rabu, 11 Mei 2011

curhatan seorang guru th 80 -an



Curhatan ini terjadi secara tidak sengaja ketika saya dan teman saya mampir untuk mengisi perut kami yang sudah main music keroncong di dalam. Kami mampir di warung mie ayam dan bakso di dekat terminal kota Cilacap. Setelah helm dan motor saya standarkan langsung saja saya serobot penjualnya dengan pesanan mie ayam 2!. Setelah pesan barulah kami mencari tempat duduk yang kira2 nyaman buat kami berdua, ukuran warungnya tidaklah gede /luas, hanya kira2 ukuran 3 x5 m2 . setelah tengok sana sini, kami menemukan tempat yang pas di deretan meja bagian belakang yang baru terisi 1 orang. Memang warung baru rame, sehingga kami agak sulit untuk mencari tempat yang kosong dan nyaman. Kebetulan masih ada yang kosong, yakni di deretan meja belakang. Sebelum kami duduk, saya dikejutkan dengan suara yang agak keras dan seperti terkejut. Ternyata suara teman saya tho, dia terkejut ketika menghampiri tempat duduk. Lho! Kok bapak!, seorang bapak yang sudah duduk dan menikmati semangkok bakso pun menjawab: ia, ni dari Kantor DIKNAS. Setelah itu teman saya berkata: ni pk samsul ni guruku…,, saya pun spontan menjawab lhoooo, kok tua-an muridnya daripada gurunya,hehehe,,,,,spontan juga temanku dan bapak itu ketawa. Secara face guru teman saya lebih muda daripada dia, namun usianya sudah 50 tahunan keatas. Walaupun usianya sudah tergolong lanjut, masih terpancar aura semangat guru, hal itu bisa di lihat dari dia menyambut kami berdua dan gaya bicaranya yang memang bijaksana.
Sambil nunggu pesanan kami datang, sang guru yang sudah duluan berada disitu, sambil makan dan bercerita banyak hal seputar kenangan2 beliau di sekolahan dulu bersama teman saya. Yang pada akhirnya, biasalah seperti orang umum kebanyakan yang sudah banyak pengalaman, sudah banyak makan asam garam, beliaupun mulai membandingkan dengan keadaan sekolah zaman dulu ketika beliau baru ngajar th 80-an sampai sekarang. Ohhh iya beliau adalah guru honorer/guru swasta. Dari sejak dia mulai ngajar th 80 sampai sekarang tahun 2011, beliau masih berstatus swasta/honorer.
Namun beliau tidak curhat kepada kami tentang status beliau yang sekarang masih honorer. Beliau tidak menyinggung sama sekali tentang PNS atau kapan beliau dianggat jadi guru PNS, itu tidak!.
Beliau merasakan bahwa murid2 sekarang jauh dengan murid2 zaman dulu. Kalau zaman ketika beliau baru mulai mengajar th 80 –an merasakan bahwa murid masih mempunyai semangat belajar yang tinggi, beliau mengambil contoh, dulu murid yang tidak mengerjakan PR bukan berarti murid tersebut malas,buktinya apa, ketika ditanya mana buku atau catatan, dia bisa menunjukan dan benar. Namun murid sekarang ketika tidak mengerjakan PR juga diimbangi dengan tidak punya buku dan catatan. Itu pertama kata beliau.
Kedua, sekolah sekarang sudah tidak memperhatikan pada proses belajar, namun memperhatikan hasil out put. Hal ini di perkuat dengan adanya Ujian Nasional yang dalam prakteknya menhalalkan cara agar siswanya bisa lulus 100%. Di tambah lagi, ketika guru bertemu dengan masyarakat atau teman guru. apa yang ditanya,,,, Lulus berapa muridmu? Bukan, Bagaimana Muridmu?. Kemudian dia melanjutkan setelah minum, pertanyaan inilah yang mengubah paradigma guru dan masyarakat terhadap dunia pendidikan. Bukan kwalitas proses belajar, namun kwantitas dari hasil belajar.
Maka terkahir sebelum beliau melanjutkan perjalanan pulang kerumah dengan naik bis umum, beliau berkata kalau paradigma masyarakat sudah begini sampai kapanpun pendidikan kita tidak akan maju, dan ketika Negara ini hancur maka yang pertama kali dimintai pertanggungjawaban dan yang paling pertama patut disalahkan dan dimasukan penjara adalah GURU.
Setelah kami berpisah di warung mie ayam. Kami melanjutkan perjalan pulang kami menuju Majenang dengan mengendarai sepeda motor yang kira2 jarak yang harus kami tempuh masih sejauh 80 Km. sama dengan Pak Guru tadi beliau harus melanjutkan pulang kerumah dengan naik bis umum dan nunggu di terminal, jarak rumah beliau lebih jauh daripada kami, beliau harus menghabiskan kurang lebih 2 sampai 3 jam di atas bis, dan harus menempuh kurang labih 50 km lagi dengan naik ojek untuk sampai kerumah beliau.
Setelah kami berpisah, ternyata masih ada kata2 beliau yang terngiang2 di telinga saya, kalau Negara ini hancur maka yang pertama harus di tuntut dan di masukan penjara adalah GURU. Karena Gurulah yang membuat para penyelenggara Negara tidak pecus ngurusin Negara.
Memang dalam curhatan beliau belum disebutkan kira2 langkah apa untuk bisa mengubah imag dunia pendidikan kita agar Guru dan Murid tidak menjadi Korban atau menjadi kambing hitam dalam Negara Berbangsa ini.
Akhirnya saya teringat sebuah buku yang ditulis oleh Jamaludin, M.Ed, Pembelajaran yang Efektif (faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa), dalam pendahuluan : Antara Input dan Proses. Menurut Jamaludin: sekolah bersikap nrimo dan tidak kreatif mencari jalan alternative pengembangan potensi siswa. Akibatnya, Negara banyak kehilangan generasi terbaik hanya karena sebuah PROSES penyekolahan (schooling) yang tidak efektif.
• Sumber gambar http://tuahmanurung.blogspot.com

2 komentar:

  1. Semoga Pendidikan Indonesia bisa lebih baik. tidak dipolitisir, dan tidak berada pada kepentingan apapun. majulah pendidikan Indonesia!!!

    BalasHapus
  2. Hidup Para Guru!!!!!

    BalasHapus